Kenyataan dan impian
Kenyataan
1.
Percakapan
26 Juli 2011
- “selamat bergabung di stasiun tv kami #saluranmasadepan (tv anak spacetoon)”
- “3 hr lagi kami telpon untuk tanda tangan kontrak kerja dan perundingan salary.”
- “3 bulan training dan diangkat jadi karyawan tetap.”
- Aku: “Mmm, tapi lumayan jauh juga Ciledug dari rumah saya ya bu.” Tersenyum penuh harap
- “gak apa-apa, penulis tidak harus selalu ngikutin jam kantor, jadi kerja di rumah.” Tersenyum bijak, ingin rasanya aku memeluk ibu Carina (my interviewer)
- Deal, aku diterima kerja sebagai penulis naskah di stasiun tv tersebut, thanks God, Alhamdulillah
Aku pulang dengan hati lapang dan membayangkan mulai bisa menghapus peluh orang tuaku, bergumam dalam hati, “Pak, bu, saatnya aku yang kerja keras, kalian santai saja di rumah (niat mulia)”
2. Tantangan
- Sebagai penulis dituntut bisa menciptakan 13 episode dalam satu bulan, satu episode durasi setengah jam, berarti minimal 20-24 scene dalam satu episode. Satu bulan = 30 hari, 30hr/13= 2 hari lebih sedikit. Dalam waktu 2 hari aku harus menciptakan 1 episode cerita, fiuhhh,, aku yakin pasti mampu, demi menghapus keringat kedua orang tuaku, bukan?
- Perjalanan antara rumahku dengan studia tv tempatku bekerja Subhanallah dech, sekitar 3-4 jam perjalanan dengan beberapa kali ganti mobil.
Rutenya:
a. Dari komplek kali malang --> naik angkot 18 arah kampung melayu --> naik bus jurusan Blok-M --> naik metro mini jurusan Ciledug no 69 --> naik angkot kuning jurusan mall puri ke arah komplek Barata --> jalan kaki kira-kira 20m untuk tiba di gerbang studio tv.
Atau ada alternatif lain
b. Dari komplek kali malang --> naik angkot 19 arah PGC --> naik busway jurusan Slipi --> jalan kaki memutar lumayan jauh sekitar 15 menit menuju halte bis P16 arah Ciledug --> naik bis turun di komplek Barata --> jalan kaki kira-kira 20m untuk tiba di gerbang studio.
Kendalanya hanya antrian busway yang ampun-ampunan dan jarak Slipi ke Batara, Subhanallah, jauhnyaa...
Tidak ada yang lebih nyaman selain naik kendaraan sendiri, tapi kendalanya jangankan naik motor, naik sepeda saja aku gak bisa. Lupakan, toh penulis tidak diwajibkan setiap saat hadir di kantor, hanya kalau pas produksi dan mereka membutuhkan penulisnya hadir, yaa mau tak mau harus menempuh jalan yang ‘dahsyat’ itu.
Impian
1. Aku sudah menyelesikan study wajibku (study murni dibayarin orang tua). Walaupun cuma sekedar D3, tapi aku yakin sudah bisa menghasilkan sedikit uang, kalaupun mau mengumpulkan sedikit sedikit aku mungkin bisa melanjutkan study sesuka hati. Yang pasti, stop dibiayai orang tua, aku sudah cukup tau diri untuk terus meminta pada mereka. Saatnya giliran aku yang harus membantu kehidupan mereka. Orang tuaku sudah mulai renta, tak lagi kuat untuk terus bekerja keras, aku ingin melihat mereka bersantai tanpa harus berpanas dan berpeluh demi aku dan anak-anaknya yang lain.
2. Impianku yang pertama, mendirikan sebuah rumah kecil mungil di daerah puncak, Bogor. Berharap orang tuaku ikut denganku, meninggalkan anak-anaknya yang lain dan melepas mereka dengan keluarganya. Tak peduli aku kerja di mana dan seberat apa, aku bermimpi ketika aku sepulang kerja, menerobos kemacetan Jakarta, amarah menghadapi rekan kerja, dan sejuta masalah yang menghampiri, akan lenyap seketika disaat senyum kedua orang tuaku merekah di depan pintu masuk. Tak apa aku bergelut dengan tumpukan naskah-naskahku, tak peduli betapa berat kepala menyelesaikan lemburanku, asalkan aku bersama kedua orang tuaku tercinta, melihat mereka bahagia, sebelum akhirnya aku menentukan pasangan hidupku dan meninggalkan mereka. Aku bermimpi dan merindukannya.