Satu lagi, persembahan puisi dari pujangga yang sesungguhnya. Untaian huruf yang ia rangkai begitu hidup seakan semesta kata adalah kekuasaannya.
Puisi ini berjudul Luka Panjang di Punggung Malam. Karya maestro sastra: om Akbar dengan akun twitter @akf_akf
Sebuah kehormatan, aku diizinkan mengcopy paste puisi surganya, sebagai berikut:
Luka Panjang di Punggung Malam
Kita tengah bercerita tentang takdir dan kesedihan,
menitipkannya sebagai perayaan pada luka panjang di punggung malam
Tak ada yang sia-sia, yang semestinya disebut dosa,
Kita lebih suka menganggapnya sebagai pemakaman atas luka
Ada yang tak sanggup selesai di mataku:
Wajahmu, yang juga tak bisa menjelaskan apa yang tengah ditanggungnya
Wajahmu, yang juga tak bisa menjelaskan apa yang tengah ditanggungnya
Birahi, atau sebuah kesedihan yang mulai menua.
Kita, tak sabar lagi menjemput fajar, di lehermu, dan wangi tengkukmu
Fajar telah terbit sebagai gigitan memar semerah mawar
Fajar telah terbit sebagai gigitan memar semerah mawar
Bukankah ini surga, tanyamu.
Lembut ciuman dan aroma kelenjar jantan,
Lembut ciuman dan aroma kelenjar jantan,
Yang mampu menghapus segala kepedihan, melebihi jemarijemari hujan.