salah satu tempat buat galau |
"Mau lihat ekspresi wajah Aya yang galau? Tak usah menunggu dia patah hati atau jatuh cinta, bawa saja ke toko buku saat tak ada doku (uang), hahahaa"
Itu seloroh kecil-kecilan teman kuliahku dulu. Tapi dipikir-pikir memang iya banget, ke toko buku setiap minggu itu pekerjaan wajib menurutku. Tidak kebanyakan uang juga sih setiap ke sana mesti beli buku. Cuma numpang baca doang juga gak apa-apa, senang aja dengan suasana dan aroma wangi buku-buku baru. Aku bahkan ahli menyobek plastik buku yang masih terbungkus utuh, baca sinopsis dan tengah-tengah cerita, selesai.
Dan, besok-besoknya setelah punya uang baru bisa beli satu dua buku yang sudah lama jadi incaran, terus saja begitu berulang-ulang sampai akhir bulan.
Aku suka menulis, dan berbanding lurus dengan kesukaanku dengan membaca. Sayangnya memang aku tak terlalu punya uang banyak untuk selalu bisa membeli buku setiap minggu. Beruntung, semua toko buku tak pernah memeriksa dan bertanya 'kamu beli buku apa?' tidak, bagusnya tidak ada pertanyaan begitu setiap aku keluar dan bersua dengan pak satpam. Kalau semua toko buku punya peraturan begitu, yaa sudahlah apa mau dikata, haha.
Akhir bulan itu tanggal-tanggal oke, berjalan ke gramedia juga jadi lebih pede. Menyapa satpam lebih ramah dari tiga minggu sebelumnya, seakan-akan aku bilang 'iya pak, hari ini saya mau beli'. Tapi kegalauan itu tidak cukup sampai di depan pintu, aku akan jauh lebih galau begitu sampai di deretan ratusan buku. Seret kaki ke jajaran novel, lari kecil ke buku baru, tiba-tiba tergerak buat ngeliat buku best seller sambil mata tetap lirik-lirik liar ke tumpukan buku sastra. Begitu terus sambil garuk-garuk kepala. Sampai tiga jam bahkan aku belum juga bisa menentukan mau beli buku apa, sudah dilist memang, tapi begitulah hati payahku susah teguhnya.
Kelakuan itu terus menerus begitu tak pernah berubah, nanti kalau aku sudah kaya, atau ketika kelak aku punya anak yang suka membaca, pasti ku fasilitasi dia agar tak terlalu kehausan dan galau di rak-rak panjang toko buku setiap kota. Kasihan, kayak aku sekarang.
Oh ya, beruntung buat kalian yang punya banyak uang dan bisa membeli buku kapan saja semaunya :)
0 Comments
Silahkan tinggalkan pesan di sini: