Beberapa saat yang lalu ada seseorang bertanya pada saya, "Apa menurutmu tentang pendapat bahwa -Kesetiaan itu menyakitkan-" dan lantang aku menyatakan bahwa saya tidak sependapat dengan kata-kata tersebut. Lantas saya bilang bahwa:
Setia itu ketulusan. Sepahit apapun. Ketika kita yakin dengan ketulusan kita menjaga kesetiaan. Tuhan punya sesuatu yang lebih indah, Tuhan akan membalas dengan sebuah ketulusan Dia, ketulusan yang lain. Tidak ada yang menyakitkan, selama adanya ketulusan dan keikhlasan. Pun dalam hal menjaga kesetiaan.Begitu pengalaman mengajarkan pada saya arti sebuah kesetiaan.Di postingan beberapa saat lalu, saya pernah membahas pernah menyukai seseorang yang bahkan mengabaikan saya. Apa saya pernah merasa menyesal dan menganggap bahwa saya telah membuang waktu saya dengan sia-sia? "tidak"
Ketika saya menyukai seseorang, itu artinya saya juga telah menaruh sebuah ketulusan pada dirinya dan cinta saya. Meski tidak terlalu memiliki harapan tinggi untuk memiliki, bahkan dengan memiliki sebuah kesetiaan bersikukuh menyukainya-pun sudah menjadi kebahagiaan buat saya.
Lantas untuk apa alasan saya menyatakan bahwa 'kesetiaan saya hanya sia-sia, menyesal pernah menyukai dia?' di mana letak ketulusannya? rasanya tidak ada. karena ketulusan menyukai seseorang itu adalah murni tidak mengharapkan sesuatu yang dipaksakan. begitu bukan?
Beberapa hari belakangan, sahabat jauh saya yang sudah mengeluh tentang kesakitannya pada saya akhirnya menyerah. dia yang terlalu mencintai seseorang yang 'mengabaikannya' akhirnya merasa lelah. Lelah dengan penantiannya, lelah dengan kesia-sia-an menunggu kembalinya orang yang paling dicintainya. Bahkan dengan lantang, ia menyatakan "Andai aku sudah bisa melupakan dia Ay, barangkali dia adalah satu-satunya orang yang paling aku benci karena telah membuat hatiku hancur seremuk ini"
Lantas saya dengan sedikit kesal berkata "Kamu egois, kamu tidak mencintainya, tapi kamu hanya bernafsu ingin memilikinya. Hanya karena kamu tidak bisa melupakannya, dan hanya karena dia tidak bisa kembali pada keadaan pernah menyayangi kamu, lantas kamu begitu saja berhak mengatakan bahwa dia jahat? Kamu yang sebenarnya lemah kak, kamu yang menyakiti diri kamu sendiri, bukan dia. Kamu payah, tidak mau bangkit. Kesia-siaan yang sesungguhnya adalah justru saat ini, saat kamu benar-benar terlihat lemah menyedihkan. berbulan-bulan menghabiskan waktu dengan mengeluh sakit, tidak bisa berhenti menangis. Siapa yang jahat? Kamu, kamu yang jahat pada diri kamu sendiri. Kamu tidak pernah merasa kasihan pada hati dan tubuh kamu sendiri."
Racauan saya rasanya tidak bisa habis sampai di sini,
"Aku tau rasanya diabaikan, aku tau rasanya tidak dicintai seseorang. Siapa dulu yang menamparku ketika aku dalam keadaan lemah? KAMU. Dan, apa lantas aku harus menderita dan menangisi keadaan bahwa dia mengacuhkanku? Pemikiran yang sangat egois. Dan, justru sekarang kamu yang tak bisa membenarkan setiap kalimat dari ucapanmu sendiri. Kamu gak bisa menyamaratakan perasaan semua orang kak, kalau kamu mau dimengerti, barangkali kamu juga harus pandai mengerti orang lain. Bukan siapa-siapa yang disusahkan dalam hal ini, hanya kamu. Terserah kalau kamu terus-terusan dalam keadaan seperti ini, aku capek denger semua keluhan kamu setiap hari. Tapi tidak berusaha mau bangkit. Karena kamu sudah jatuh 'cinta' sendiri, maka kamu juga harus mampu bangun sendiri. Jangan bawa-bawa aku dengan kepayahan kamu."
Jujur, saya sakit mengeluarkan kata-kata itu. Saya menangis, saya tau persis apa yang dia rasakan, tapi jika tidak begitu justru jauh lebih kasihan.
beberapa saat kami tidak saling berhubungan, namun akhirnya selang hampir seminggu kemudian, ia mengirim email pada saya dan isi emailnya bersedia saya masukan dalam blog saya.
Berikut lampiran Emailnya:
sedangkan, berikut ini adalah isi curahat hatinya yang menurut saya 'berdarah-darah'
KAU TAK SEDANG MENYAKITIKU,
KAU (HANYA) SEDANG MEMBUATKU MENYAKITI
DIRIKU SENDIRI
Kau
tahu sayangku,
Hari
ini aku menangis lebih sakit dari biasanya,
Yah,
sebenarnya tak ada tangis yang tak menyakitiku,
Namun
kali ini,
Barusan
saja kudengar perkataan yang sangat menyayat-nyayat hatiku
Mengguncangkan
kesadaranku dengan sangat kuat,
Sehingga
aku tak mampu berdiri dengan seimbang
Aku
menangis dengan pilu,
Sepilu
perasaanku saat tahu keadaan ini semakin tidak wajar,
Namun
begitu lama kubiarkan..
Ada
perasaan menyesal yang kusimpan dalam diam,
Perasaan
di mana aku merasa telah terlalu banyak menyusahkan orang lain
Hanya
karena perkara hatiku yang terlalu pengecut
Dan
tak siap menerima keadaan,
Keadaan
di mana apa yang aku minta tak bisa aku dapatkan
Aku
hanya mampu menangis
Lalu
diam..
Sediam-diamnya..
kau
tahu sayangku,
masih
kuingat dengan jelas perih yang pertama kali muncul saat kau mengiyakan
permintaanku untuk berpisah
saat
tiba-tiba saja semuanya kembali berputar menyakitiku,
aku
yang begitu ngototnya merasa “tidak betah” akan keadaan kita
tiba-tiba
aku dihantam kehilangan yang luar biasa sakit,
menyadari
kebodohanku, melepaskan orang yang ternyata begitu kucintai terlalu dalam
dan
saat aku menyadari aku tidak sanggup dengan keputusan yang kumulai sendiri,
aku
menghibamu, menjatuhkan diriku, sejatuh-jatuhnya,
karena
aku sangat takut, begitu takut aku kehilangan kamu yang sudah terbiasa dengan
napasku, waktuku, hari-hariku dan seluruhnya aku.
Kau
tahu sayangku,
Betapa
terkejutnya aku dengan penolakanmu,
Dengan
semua kata “tidak”mu,
Dengan
semua penilaianmu bahwa aku terlalu berlebihan,
dengan
semua diammu saat aku menumpahkan yang sebenar-benarnya
dengan
semua larangan atau aturan yang kau buat saat aku mengirimkan sms untukmu
tahukah
kau,
saat
itu aku merasa sangat tidak mengenalmu,
atau
memang benar ternyata selama ini aku tak benar-benar mengenalmu,
lalu
aku mulai menjadi seperti anak kecil,
yang
menangis karena tidak bisa mendapatkan mainan yang dia inginkan sewaktu di
pasar,
dan
dia masih terus merengek-rengek sampai tiba di rumah,
yang
terjadi, kau malah semakin menjauh, dengan begitu jelas kau menggariskan jarak
di antara kita,
Tahukah
kau,
Bagaimana
rupaku saat itu?
begitu
mengerikan saat aku memandang cermin di kantorku
Bagaimana
kepahitanku saat itu?
begitu
mengerikan sampai aku tidak berselera lagi menghabiskan sarapan dan makan
siangku
Lalu
teman-teman kantorku mulai kesal melihat aku yang terus-terusan menangis,
Sampai
aku mulai belajar menahan tangisku ketika aku bersama mereka,
Dan
aku mulai berhenti menceritakan ‘pahit” itu,
Aku
menelannya dengan susah payah,
Dan
bila tiba saat aku tak tahan lagi,
Diam-diam
aku menghentikan pekerjaanku,
pergi
ke kamar mandi, lalu menangis tertahan di situ,
Aku
terus menangis sampai aku merasa lega.
Dan
kembali bekerja.
kau
tahu sayangku,
berapa
banyak orang yang harus kutemui,
hanya
untuk menumpahkan semua yang menyesaki dadaku,
hanya
untuk merasa sedikit lega
bila
sesak ini kubagikan,
dan
lagi-lagi ribuan “tamparan” yang harus kuterima
ketika
aku menyadari semua yang mereka katakan itu benar
dan
semua kebenaran itu baik untukku..
ini
tidak mudah,
ketika
“hanya aku” yang tahu benar apa yang dirasakan hatiku,
ketika
ingin sekali aku membuat mereka merasakan apa yang sebenarnya kurasakan
kemudian
aku sadar aku terlalu egois lalu memilih diam
kau
tahu sayangku,
aku
sering berpura-pura berkata “aku baik-baik saja”
untuk
setiap orang yang menanyakan kabarku,
padahal
mereka masih bisa melihat dengan jelas
sembab
di mataku,
sisa
tangisanku semalam
tahukah
kau,
aku
tak pernah pandai berpura-pura
dan
ketika aku mencoba melakukannya,
ada
sebagian dari diriku yang meronta-ronta
menanggung
setiap kesakitan yang pelan-pelan
mengubah
hatiku menjadi puing yang berserakan,
ini
tidak mudah sayang,
ketika
aku harus tertatih memunguti puing berserakan itu satu-persatu
Kau
tahu sayangku,
Saat
aku tidak menemukan jalan untuk melupakanmu,
Saat
aku tidak menemukan cara untuk mengalihkan perhatianku,
Aku
mulai menghubungi daftar kontak pria di ponselku,
Aku
memulai obrolan dengan riang,
Aku
belajar darimu,
Aku
mulai belajar menggoda mereka,
Aku
tertawa,
aku
tersenyum,
Tetapi
apa yang terjadi di detik setelahnya,
Hatiku
datar..
Kosong..
Tak
merasa apa-apa..
Aku
tak bisa merasakan bahagia yang sebenar-benarnya..
Mungkin
benar mereka telah menyenangkanku,
Namun
mereka tak mampu melekatkannya lebih
lama sedetik saja dari kepedihanku
Kamu
tetaplah kamu,
Orang
yang tidak sama dengan mereka
Lalu
aku mulai memikirkan kapan hari yang tepat untuk bolos kerja,
Di
mana aku bisa pergi ke tempat yang jauh dan tenang,
Jauh
dari rutinitas dan tekanan yang kuhadapi setiap hari,
Di
mana aku bisa merenungkan kembali apa-apa yang membuatku
Menjadi
‘lumpuh’ seperti ini,
di
mana aku bisa memandang danau yang tenang
Padang
rumput yang begitu hijau,
gunung-gunung
yang selalu bisa mempesonaku,
Hanya
untuk melepaskan lelahku dari pahit yang menolak “pergi” ini
Tapi
aku tak bisa,
lagi-lagi
aku dihadapkan pada tanggung jawabku,
Terhadap
deadline yang sudah ditetapkan dengan pasti pada setiap jadwalku
Bahkan
aku harus menempuh perjalanan jauh hanya
untuk menemui teman-temanku
Padahal
hari sudah malam,
Hanya
supaya aku tidak merasa sendiri,
Sendiri
adalah waktu yang tepat bagi airmata untuk berjatuhan dan melukai
Kemudian
aku menyerah pada keadaan yang mulai ikut-ikutan membunuhku perlahan-lahan
Aku
menyerah begitu saja,
kalah
begitu saja..
Kau
tahu sayangku,
Betapa
sulitnya aku mengembalikan diriku yang dulu,
Sebelum
mengenalmu,
Sebelum
jatuh cinta ‘terlalu dalam’ begitu saja kepadamu,
sebelum
terlukai karena kehilanganmu,
aku
yang dulu selalu sabar dan diam dalam airmata
ketika
gelap ada di sekitarku,
aku
selalu bisa merasa baik-baik saja,
lihatlah
sekarang, betapa sulitnya aku menjalani hari,
sebab
rindu tak berhenti singgah untuk melukai,
dan
terus-menerus membisikkan perih
di
sekujur tubuh ingatanku
kau
tahu sayangku,
yang
paling sulit adalah saat harus memejamkan mata,
dan
terbangun di keesokan harinya..
aku
selalu menangisi hal-hal yang membuatmu pergi,
kebiasaan-kebiasaan
yang tak kumiliki lagi,
aku
hanya mampu menenangkannya dengan berdoa,
menyebutkan
namamu di situ
memohon
kuatku berulang-ulang
lalu
aku mulai menghidupkan ponselku,
mencarimu
di timelineku,
membacamu
selalu mampu mengubah hariku menjadi tidak lebih baik
namun
selalu saja kuulangi,
sepertinya
aku kebal dengan sendirinya,
tak
peduli itu menyakitkan atau tidak
aku
tidak peduli lagi
Kau
tahu sayangku,
Pernah
aku membayangkan bagaimana jika tiba-tiba saja jantungku berhenti berdetak
Mungkin
semuanya akan tampak lebih mudah
Sebab
detak ini yang selalu membangunkan semua kenangan tentangmu,
Menyesakkan
napasku, meremukkan dadaku,
Lalu
kemudian aku memikirkan hal-hal lain
Yang
tak mungkin kutinggalkan begitu saja.
Dan
akhirnya aku mulai menyadari kekeliruanku
Aku
merasa bersyukur aku masih hidup
Dan
memastikan jantungku masih berdetak
Kau
tahu sayangku,
Setiap
mendengar kabar teman atau pun seseorang yang aku kenal sedang sakit,
ingin
rasanya aku yang menggantikan posisi mereka,
Sebab
aku tak memiliki harapan (lagi) untuk merasa bahagia
Seperti
yang selalu mereka harapkan dan inginkan
Ingin
kugantikan setiap perih atau kesakitan yang sedang mereka alami
Sebab
mereka tidak layak untuk merasa sakit di saat mereka seharusnya merasa bahagia
Kau
tahu sayangku,
Dalam
berkendara pun aku pernah menangis saat mengingatmu
Aku
menangis dengan begitu hebatnya
Sampai
airmata mengaburkan pandanganku,
Lalu
kemudian aku sadar,
Aku
hampir menabrak sesuatu di depanku,
Dan
perlahan-lahan aku mulai menyeka airmataku
Lalu
berkendara dengan benar
Kau
tahu sayangku,
Sampai
saat ini aku tak bisa memahami dengan benar,
Mengapa
aku harus mengalami semua ini,
Namun
aku tak menyalahkanmu,
Aku
tak membencimu,
Aku
hanya tidak mampu memaafkan diriku sendiri
Kau
tahu sayangku,
Kau
tentu tidak tahu apa-apa tentang semua ini
Sebab
sejak perpisahan itu,
Kau
menutup matamu,
Kau
menutup telingamu,
Kau
menutup segalamu,
Demi
menggarisi jarakmu denganku
Sayangku,
Kau
tak sedang menyakitiku
Kau
(hanya) sedang membuatku menyakiti diriku sendiri..
10 Comments
aaaaaakkkk
BalasHapusT_T
kak ay, ecciii...
kenapa Naaa??? :((((
BalasHapusterenyuh ns bacanya,entah kenapa,,
BalasHapussusah emang punya perasaan kok sensitif kyak gini..
yg kuat kak,
yg kuat cii,,
:'(
aku sih enggak na, kak eci tuh yang perlu dipukpuk-in ahahahaa :p
BalasHapusadakalanya orang berkata :
BalasHapus"setia itu membawa luka"
tapi menurut saya sich
"Setia itu tanda ketulusan dari sebuah Cinta"
saya juga pernah meerasakannya jg sich, ketika 3 Tahun terpisah Jarak dan waktu....!!! yang menemani hanya BBM,Telp,SMS..
terakhir kali yang aq terima adalah surat yang paling berharga yang di tulis oleh tangannya sendiri, yang membuat tersentuh....!!! cukup dengan kesetiaan aku dan dia menjalani hari hari....
dengan 1 kata aku sampaikan "Jaga selalu Hatiku"
Sangat menyukai postingan Aya yang inii..
BalasHapusaghh.. benarbenar menyentuuh...
Belajar darii inii.. setelah sempat dan masih terpuruk karena sang kekasih yang pergii..
terima kasiih sudah memposting ini AYaa.. :))
Wow,,,cinta memang rumit dan selalu tragis .waduh.salam kenal
BalasHapus@Ary: "jaga selalu hatimuu" hehe
BalasHapus@Nino: aih, terima kasih kak Nino sudah mampiir. Belajar saja mencintai dengan benar kak, kelak akan ada cinta yang hadir lebih baik.
@when: cinta sebenarnya tidak rumit, kita yang mempersulit, hehe salam kenal kak When :*
Aya sang dokter cinta. ... hehehee
BalasHapusIrni: Iya dokter cinta 'jomblo' ahahaha
BalasHapusSilahkan tinggalkan pesan di sini: