29 Mei 2010
Entah itu awal atau kali ke berapa saya bertemu dengan
seseorang yang pada cerita ini akan terus saya sebut ‘kamu’. Tokoh yang
barangkali beberapa tahun terakhir berperan penting dalam setiap tulisan saya.
Hanya itu satu-satunya tanggal yang saya ingat hingga saat ini. Semua tau,
ingatan saya payah. Sama payahnya dengan tak pernah bisa melepaskan bayangan
kamu. Sejak pertemuan itu saya mulai jadi terlalu banyak minta, meminta
ia mengenal namaku, meminta ia menyapaku, meminta ia sesekali mengirimkan
sebuah pesan singkat untukku. Apapun isinya, jika dari kamu maka saya
akan menyimpannya. Bahkan, akhir-akhir ini permintaan saya juga cukup banyak
dan aneh-aneh. Minta ia memikirkanku, meminta ia balas merindukanku dan meminta ia untuk
mengucapkan “Bersediakah kau menjadi istriku?"
Permintaan-permintaan bodoh memang, tapi begitulah cinta
membuat pikiran-pikiran agak menjadi bodoh. Atau entah memang saya yang tak
pandai menyiasati rindu. Berawal dari rasa kagum dan terus menerus menjadi suka itu menyenangkan bagi saya. Berusaha keras meyakinkan diri bahwa perasaan ini bukan cinta, namun hati tidak dapat dibohongi semakin hari semakin tidak bisa melupakannya. Saya tidak sama sekali menyesal menjatuhkan suka pada kamu,
pada siapapun. Hanya kesal mengapa kau tak jua memahami kerinduanku. Atau
jangan-jangan sebenarnya paham namun kau dengan sengaja mengabaikan?
Ha, apapun lah. Terkadang saya sempat berpikir bahwa ketika
kita teramat sangat menyukai seseorang, kita bahkan tidak peduli apakah dia
sadar atau tidak bahwa kita memiliki perasaan suka.
Tugas saya hanya menjalankan peran ‘mencintai kamu’, bagianmu, saya tidak perlu harus tahu.
Tapi belakangan saya baru bisa berpikir dengan benar, bahwa
setiap kita menentukan untuk jatuh harusnya sudah berpikir resiko bagaimana
harus bangun, dengan atau tanpa seseorang yang membuat kita terjatuh, bukan?
Setidaknya, ketika saya harus benar-benar bangun sendiri sebab
cinta yang kita inginkan tak bisa termiliki. Saya tidak merasa sedih, karena
segala sesuatu sudah diperhitungkan dengan hitung-hitungan takdir Tuhan.
0 Comments
Silahkan tinggalkan pesan di sini: