Untukmu
Waktu baru saja menunjuk pukul lima, tapi rinduku sudah semalaman terjaga.
Sekawanan embun pagi yang setia
menetesi hati yang paling sunyi, hatiku, yang tetap diam mencintaimu diam-diam.
Cinta diam seperti apa lagi yang tak bisa aku ragukan ketahanannya? Yang seperti ini, seperti caraku mencintaimu. Jangan
salah, aku bisa saja lantang dan lancang menyatakannya saat kapanpun, cukup
menepuk pundakmu dan bilang “hey, saya cinta kamu” hahaha semudah itukah? Bukan
masalah mudah, tapi rasanya keangkuhan jauh lebih menyelimuti dari pada rasa malu
Bahkan angkuh dalam cinta itu
sedikit perlu, bukankah cinta yang jatuh bahkan enggan mengaduh di tempat di
mana ia bersimpuh.
Apa sebab aku teramat
mencintaimu? Wajar saja, kamu punya kemampuan agama yang bagus, kamu cerdas. Hanya
itu? Tentu saja tidak, ada banyak kelebihan yang kamu punya, tapi aku rasa tidak
perlu harus tahu selain dari alasan utama itu, segala tentangmu aku pasti menyukainya.
Sebab terkadang untuk mencintai seseorang kita tidak perlu banyak alasan
mengapa cinta kepadanya harus dijatuhkan.
Diam seperti apa yang disukai
embun? Barangkali seperti cintaku yang cinta pada caraku mencintaimu. Dingin,
halus, tanpa banyak alasan ini dan itu.
Sedang matahari saja tahu, berapa
kali aku pernah (tidak sengaja) bertemu denganmu, hanya satu, dua, tiga..., ya baru sekali ternyata, namun cinta yang jatuh terlalu kuat hantamannya, lucu yaa? Begitulah.
Karena itu aku meyakini cinta diam-diamku bukan disebabkan oleh seringnya
pertemuan, aku hanya mencintaimu begitu saja, tanpa banyak alasan. Bakan, andai
ditanya ‘apa yang aku tahu tentangmu?’ aku hanya menggeleng malu bahwa tak
banyak yang aku tahu darimu.
Barangkali cinta yang ku miliki
sedikit konyol untuk beberapa orang, namun akan ada yang menyebut indah bagi
sebagian lain. Tapi, apapun pendapatnya aku tidak terlalu banyak pedulikan. Caraku
mencintaimu, bahkan tidak mengganggu siapa-siapa bukan?
Ada sebuah kalimat yang
menyatakan bahwa “cinta tidak harus memiliki”, dan aku tidak menyukai kalimat
itu sama sekali. Jika tidak mampu aku miliki kenapa aku harus cinta? Yaa yaa
beda pendapat sebab beda kepala. Bodoh jika aku lama-lama mencintaimu dan tidak
ingin memiliki, tentu saja ingin, tapi aku lebih menurut pada takdir. Takut membantah
apalagi ingkar, karena aku bisa apa?
Begini saja, aku mencintaimu
baik-baik dan percaya akan ada cinta baik yang akan membawaku pergi. Bukan terlalu
percaya diri, aku hanya tidak ingin berburuk sangka. Rasanya hidup terlalu
rumit jika separuh hati digunakan untuk berpikir hal-hal sulit.
Aku mencintaimu seperti ini, sesekali
isyarat rindu kan ku buat menjadi gumpalan kertas dan jauh-jauh ku lempar, berharap
kau dapat menangkap isyaratku dengan benar. Kamu begitu saja, tetap dengan
caramu. Sebab, meski bahkan andai kita saling cintapun belum tentu takdir sepakat
menyatukan kita, sekali lagi, aku bisa apa?
3 Comments
'Dari aku, yang mencintaimu'
BalasHapusDalem bangeeeeetttt...
Tak banyak kata sih, tapi dalem
Apalagi setelah baca barisan tulisan di atasnya...
10 jempol deh bwt mbk aya :D (y)
BalasHapusmbak Sari : begitu yaa kalo menulis pakai hati, sedikit sih, tapi berasa #eeeaaa
BalasHapusRuby: nih, goceng...!!! hahahaha merci,mercii...
Silahkan tinggalkan pesan di sini: