Ini senja ke sekian,
ketika aku berulang-ulang meneriakan rindu dan hatimu masih tetap bungkam.
Angin berhembus pelan, menyibak tirai keresahanku menahan
debar tak tertahankan. Aku tak pernah melihatmu lagi, setelah beberapa waktu
lalu. Setelah waktu yang entah aku lupa kapan, atau memang daya ingatku selalu
tak mampu merekam setiap jeda perpisahan. Beda dengan waktu kapan dan dimana
saja aku bertemu denganmu dan ingat betul apa yang aku rasakan.
Selama ini cintaku memilih diam, rinduku ku kubur
dalam-dalam. Bukan tak tahu, kalau kau pun pura-pura tak ketahui perasaanku. Tapi,
tiada yang lebih aku harapkan selain bahagia mengagumimu. Aku ingin bahagia
setiap hari, itu sebab aku memilih dirimu untuk tetap aku cintai.
Senja di bawah langit jingga, aku menulis “Selamat senja,
rindu. Dariku, yang selalu jatuh cinta pada segala tentangmu” di atas sebuah
kertas. Kertas yang tak akan pernah tersampaikan. Sama seperti pesan rindu yang
tertulis di dalamnya, yang ku lipat menjadi sebuah perahu dan dihanyutkan air sungai
ke mana entah.
Aku tersenyum untuk kesekian kalinya, yaa mencintamu, hanya
cukup begini saja.
0 Comments
Silahkan tinggalkan pesan di sini: