Senja hilang separuh, kopi gelas
ketigaku masih penuh. Tegukan kedua, baru tersadar kopi kali ini sedikit
kelebihan gula, ah, aku kurang suka.
Hujan di luar cukup deras untuk
menerbangkan anganku yang sempat tertahan.
Adakah cinta yang lebih baik
melebihi ini? Barangkali ada, entahlah. Sebab yang aku tahu, yang terbaik
adalah caraku mencintaimu. Perlahan, diam, bahkan ketika hatiku menjerit,
bibirku kelu tak mau tahu, yaa seacuh itu.
Tegukan ketiga, manis pekatnya
sudah tak ku hirau lagi. Aku lebih mencemaskan hati yang semakin lama semakin terasa getir, menahan sabar menanti takdir, akan apa kelak yang ia dapat dalam penantian
paling akhir.
Kesetiaan, siapa yang tahu. Siapa
peduli dengan pertahanan sekuat ini, se-mengagum-kan ini.
Tegukan terakhir, hujan sedikit
reda, senja benar-benar telah pergi. Aku bangkit berdiri, perlahan meninggalkan setumpuk gelas kosong yang menyisakan sepi.
Aku menyadari, bahwa hingga hari
ini cinta yang ku punya belum jua menemukan pemiliknya.
6 Comments
Jadi pengen ke cafe pas ujan, kangen aroma tanah basah bercampur wangi seduhan kopi...
BalasHapusHmmmm....
*malah bahas bau -.-a*
wah galau tingkat dewa :D
BalasHapusmbak Sari : yuukk kapan-kapan, kita ngopi santai sambil memperbincangkan hal yang menyenangkan :*
BalasHapusRuby : yup, 'galau' is my middle name kan. as you know, hihihii
sukaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ,,, hihihi
BalasHapus:D
aaakkk akuh juga suka sama kamu naaaaa :* #salahfokus
BalasHapusWaduh.
BalasHapuspas pisan takaranna.
Silahkan tinggalkan pesan di sini: