Langkahku tertahan, berhenti
perlahan. Menoleh ke belakang, tengok
kiri kanan, lho tiada siapa-siapa. Tapi tadi terdengar betul, sayup suara
memanggil namaku, meski belakangan sadar di sini tiada seorang pun aku kenal.
Angin senja yang akhirnya
menyadarkanku bahwa di tanah pijakan ini terlalu dingin untuk berangan-angan. Atau
memang kenangan itu sudah tak pantas lagi diingat, terlalu usang.
Perjalanan kali ini terasa lebih jauh,
meski kesadaranku tentangmu sudah hilang separuh. Ini kabar baik, aku bisa
melupakanmu dengan baik. Tidak secepat itu, ini adalah September kedua
setelah aku putuskan melupakan luka-luka, istirahat sesaat.
Jalan kecil panjang berbatu,
hanya rumput dan warna warni bebungaan sejauh mata memandang.
Ini hanya sebuah kota khayalan,
kota tempat pikiranku mengasingkan diri. Di sini, cinta akan tidur sementara
waktu, menenangkan dirinya sendiri.
Hingga tiba saat nanti, aku bangun
dari tidur panjang dan bisa mencintaimu kembali.
0 Comments
Silahkan tinggalkan pesan di sini: