Mirip judul film yang dibintangi
si ganteng Reza Rahadian, tapi bukan, ini bukan promo film. Karena film itu sudah dirilis dari tahun 2010 lalu.
Tapi kurang lebih keherannya sama persis
dengan makna film itu. Betapa kita lagi-lagi sangat keseringan mengernyitkan
dahi karena tidak habis pikir dengan segala yang baru-baru terjadi di Negeri
ini.
Saat ini saya bekerja di sebuah
perusahaan yang harus selalu update portal berita. Dan setiap hari, ada banyak
kasus yang rasa-rasanya membuat syok, miris, heran, terkesima, tercengang,
marah, kesal setengah mati, dan tragis.
Entah atau ini hanya perasaan
saya, mungkin sekitar lima belas tahun lalu, berarti usia-usia saya berada di
sekolah menengah pertama. Berita di televisi yang saya lihat seputar penculikan
anak, kecelakaan, maling motor, kebakaran, banjir dan macet Jakarta.
Sesadis-sadisnya kasus adalah pembunuhan yang meninggalkan korban meninggal
dicekik, atau KDRT.
Dan beberapa bulan ke belakang
ini, kasus yang terjadi berubah, benar-benar berubah.
Pembunuhan sadis dengan korban
pemerkosaan anak usia sekolah menengah pertama, dilakukan lebih dari 10 orang.
Pemerkosaan dan pembunuhan anak
umur 2 tahun, lantas mayatnya disekap di lemari semalaman, oleh lelaki yang
saya tidak tahu ketika dia diciptakan lengkap beserta otak dan naluri
kemanusiaannya atau tidak. Membayangkan melototi anak yang sedang lucu-lucunya
itu saja rasanya tidak tega, dan dia melakukan hal yang membuat semua manusia
berakal marah.
Tiga pemuda yang ‘gara-gara
asmara’ akhirnya tega melakukan pemerkosaan dan pembunuhan sadis terhadap
seorang gadis. Saya tidak paham, apa yang ada dalam pikiran mereka ketika
memasukkan gagang cangkul ke dalam kemaluan korban sampai masuk rongga dada,
hingga meninggal. Bahkan ketiganya dilahirkan oleh seorang ibu, seorang
perempuan.
Di balik semua kisah sadis itu,
hal yang membuat miris adalah, beriringan dengan beredarnya video-video dan
photo anak sekolah dasar saling berpeluk cium dengan lawan jenis dan
meng-update status “Aku tidak ingin kehilanganmu, Sayang…”.
Usia saya yang (pada saat itu)
bahkan marah dan menangis ketika diolok-olok suka dengan si Anu di kelas. Malu,
merasa bahwa suka-sukaan dengan lawan jenis rasanya aib.
Beredar lagi video anak sekolah
menengah yang menari striptis dengan teman-teman sebaya. Kasus siswi yang menunjuk-nunjuk
dan membentak seorang polisi wanita (yang mungkin sebaya ibunya) di tengah
jalan dengan coretan baju tanda kelulusan. Tragisnya, orang tua anak itu juga
akhirnya meninggal dikabarkan tidak tahan dengan semua komentar pedas
masyarakat, yang dilemparkan ke anak dan keluargnya.
Usia saya yang (pada saat itu)
pulang sekolah tidak tepat waktu dan lupa minta izin saja rasanya sudah membuat
kesalahan besar pada orang tua.
Lebih miris lagi kasus yang baru
saja terjadi adalah, anak sekolah yang melaporkan gurunya sendiri dalam jalur hukum,
karena alasan ia dicubit dan dipukul di kelas.
Usia saya (yang pada saat itu)
bahkan berpapasan dengan guru di jalan saja rasanya ingin pura-pura tidak
melihat karena sungkan. Sebegitu besar perasaan respect saya dan teman-teman
kepada guru di kelas. Semakin galak dan tegas guru, semakin kita nurut dan
segan. Semakin lembut guru, semakin sayang dan bahkan jadi teman.
Berikut headline berita 'geger' yang terjadi sampai pertengahan tahun 2016
Yuyun, Anak 14 Tahun yang Tewas Diperkosa 14 Orang
Karyawati Dibunuh Seusai Diperkosa, Dan Kemaluannya ditusuk cangkul
Anak 2,5 Tahun di Bogor Diperkosa dan Dibunuh
Seorang Anak SD Upload Foto Panas Bersama Pacarnya !
Ratusan anak SMP gelar striptis party
Siswi SMA di Medan Ancam Polwan dan Mengaku Anak Jenderal
Anak Dicubit, Orang Tua Murid Adukan Guru ke Polisi
Saya tertegun dan berpikir keras,
apa yang salah dengan negeri ini, bahkan dalam kurun waktu belum sampai 20
tahun dari kedamaian yang sempat saya rasakan di masa kecil. Saat ini semuanya
asing, berubah dengan cepat. System yang dulu sangat kuat, sekarang bisa
menjadi selonggar-longgarnya peraturan dan norma yang berlaku seolah ditiadakan
dengan keadaan.
Saya dan suami yang seorang wartawan,
kadang diskusi di waktu senggang. Membahas kasus itu dan ini, yang sedang
terjadi. Saya yang setiap hari bekerja online, semakin dituntut untuk banyak
membaca dan memahami apa sebenernya yang sudah dilakukan anak-anak usia remaja
tersebut. Apa yang ada dalam pikiran mereka.
Dan pertanyaannya siapa yang
paling bertanggungjawab atas tindakan ‘penyimpangan’ remaja-remaja itu?
Orang tua?
System teknologi maju?
Kemudahan peraturan dan norma yang rasanya sudah tidak lagi ada?
Guru-guru di sekolah?
Lingkungan?
Saya tidak akan membahas
bagaimana cara membentuk karakater yang benar. Justru saya sedang mencari cara
apa yang harus saya lakukan kepada anak saya kelak.
Apa sikap yang salah, yang pada
akhirnya membentuk karakter anak yang salah. Apa sikap yang benar, yang pada
akhirnya akan membentuk diri anak sebenar-benarnya.
Sampai tulisan ini diposting,
saat ini ada kasus:
* Suami istri yang dengan tega menggunakan vaksin
palsu
* Surat permintaan fasilitas ‘mewah’ wakil ketua
DPR untuk anaknya yang ada di luar Negeri.
* Dan lagu “Lelaki Kerdus” yang dinyanyikan anak
usia 10 tahun dengan lyric yang sangat tidak pantas. Menghujat ayahnya karena
menduakan ibunya, bahkan dengan kata-kata lelaki b*ngs*t
Sengaja saya tidak membahas kasus
yang berkaitan dengan agama, karena makin banyak yang tidak saya paham, akan
lucunya isi kepala semua manusia yang ada di Negeri ini.