Brilian. Jenius.
Dua kata yang saya tulis, untuk Sutradara Bong Joon-Ho.
Speechless.
Setelah nonton film ini sampai selesai pun saya masih terbengong-bengong, dan bahkan memutar ulang beberapa adegan yang membuat saya tetap deg-degan.
Iya, PARASITE, SANGAT SANGAT BAGUS BANGET.
Film ini mampu mengaduk-aduk perasaan saya dari scene pertama sampai akhir. Membuat kepala terus bertanya-tanya, setelah ini adegan apa, terus ini gimana, sebenernya siapa yang jadi protagonis dan antagonis-nya?
Mengubah mood dari tegang dengan suasana dark, jadi kesal dan gemas. Mengaduk perasaan deg-degan seperti menonton thriller, berbalik jadi geli melihat cuplikan scene komedi satir yang bikin ketawa, but terrible at the same time.
Seberantakan itu suasana hati saat nonton.
Kejeniusan Bong Joon-Ho membuat film ini bukan hanya dari segi cerita, tapi potongan scene yang sangat rapi dan detail. Sinematografi yang super duper kueren banget, membuat kita benar-benar bisa merasakan detail kejadian, serta plot dan adegan yang mampu mengaduk perasaan penonton dari satu frame ke frame selanjutnya.
Pemilihan karakter yang tepat dengan dialog dan kejadian sehari-hari yang related dengan kehidupan manusia normal, baik kebiasaan orang kaya atau kebiasaan orang miskin.
Orang kaya yang punya kebiasaan belanja, berpesta, memaksa anak-anak selalu sempurna dalam hidup dan pendidikannya.
Orang miskin pengangguran yang butuh makan, susah cari kerjaan, hingga gambaran sedemikian pentingnya wifi gratisan.
Parasite, atau dalam bahasa korea Gisaengchung, bercerita tentang dua keluarga dengan kehidupan yang bertolak belakang.
Keluarga miskin Kim Ki-Taek (Song Kang Ho) dan istrinya Choong Sook (Jang Hye Jin) hidup di tempat kumuh sebagai penganguran dengan dua anak mereka Kim Ki Woo (Choi Woo Shik) dan Kim Ki Jung (Park So Dam)
Dan keluarga kaya, Tuan Park (Lee Sun Kyun) dan istrinya Yeon Kyo (Cho Yeo Jeong) dengan dua anaknya Park Da Hye dan Park Da Song.
Hingga suatu hari, Ki Woo berkesempatan untuk bekerja di rumah keluarga Park. Dan segala rencana yang tak pernah terrencanakan sebelumnya pun dimulai.
Keluarga miskin Kim sang parasite, akhirnya harus menghalalkan segala cara untuk tinggal di rumah sang induk semang, keluarga Park
Hal yang bikin kesal, ketika keluarga kaya ini justru menggantungkan hidupnya ke keluarga miskin.
Seperti Nyonya Yeon yang harus selalu ada bibi Choong Sook. Tuan Park yang harus selalu diikuti Pak Kim. Da Hye yang jatuh cinta Setengah mati dengan Ki Woo dan Da Song yang sangat akrab dengan Ki Jung
Membiarkan parasite ini tumbuh dan terus berkembang tanpa tahu bahayanya. Sepolos itu.
Hingga di akhir film, parasite terjahat yang sudah menumpang selama 4 tahun dalam rumah induk semang, memaksa dirinya keluar dan menimbulkan tragedi yang tak pernah terbayangkan.
Kehidupan semua keluarga berakhir kacau. Tak terkendali. Twist twist kecil terus diselipkan di tiap adegan, yang membuat perasaan penonton pun sama kacaunya.
Dan, boommm... Berhasil.
Bahkan hingga akhir, film ini tetap tidak membiarkan penonton turun dari roller coaster. Tetap menggantung dengan rasa penasaran dan masih harus mikir, mengira-ngira ending sesungguhnya akan seperti apa, seperti suasana yang dirasakan sepanjang film.
Tepat di peringatan ke-100 tahun perfilman Korea, sutradara Bong Joon-ho dengan film cerdasnya berhasil memberikan hadiah termahal, yaitu membawa Parasite meraih penghargaan bergengsi level dunia, Palme D’Or Festival Cannes 2019.
Membuktikan film ini mempunyai kualitas hampir sempurna.
Ada yang masih belum nonton film ini?
Sudah ada lho di drakor.id (bukan promo)
Dua kata yang saya tulis, untuk Sutradara Bong Joon-Ho.
Speechless.
Setelah nonton film ini sampai selesai pun saya masih terbengong-bengong, dan bahkan memutar ulang beberapa adegan yang membuat saya tetap deg-degan.
Iya, PARASITE, SANGAT SANGAT BAGUS BANGET.
Film ini mampu mengaduk-aduk perasaan saya dari scene pertama sampai akhir. Membuat kepala terus bertanya-tanya, setelah ini adegan apa, terus ini gimana, sebenernya siapa yang jadi protagonis dan antagonis-nya?
Mengubah mood dari tegang dengan suasana dark, jadi kesal dan gemas. Mengaduk perasaan deg-degan seperti menonton thriller, berbalik jadi geli melihat cuplikan scene komedi satir yang bikin ketawa, but terrible at the same time.
Seberantakan itu suasana hati saat nonton.
Kejeniusan Bong Joon-Ho membuat film ini bukan hanya dari segi cerita, tapi potongan scene yang sangat rapi dan detail. Sinematografi yang super duper kueren banget, membuat kita benar-benar bisa merasakan detail kejadian, serta plot dan adegan yang mampu mengaduk perasaan penonton dari satu frame ke frame selanjutnya.
Pemilihan karakter yang tepat dengan dialog dan kejadian sehari-hari yang related dengan kehidupan manusia normal, baik kebiasaan orang kaya atau kebiasaan orang miskin.
Orang kaya yang punya kebiasaan belanja, berpesta, memaksa anak-anak selalu sempurna dalam hidup dan pendidikannya.
Orang miskin pengangguran yang butuh makan, susah cari kerjaan, hingga gambaran sedemikian pentingnya wifi gratisan.
Parasite, atau dalam bahasa korea Gisaengchung, bercerita tentang dua keluarga dengan kehidupan yang bertolak belakang.
Keluarga miskin Kim Ki-Taek (Song Kang Ho) dan istrinya Choong Sook (Jang Hye Jin) hidup di tempat kumuh sebagai penganguran dengan dua anak mereka Kim Ki Woo (Choi Woo Shik) dan Kim Ki Jung (Park So Dam)
Dan keluarga kaya, Tuan Park (Lee Sun Kyun) dan istrinya Yeon Kyo (Cho Yeo Jeong) dengan dua anaknya Park Da Hye dan Park Da Song.
Hingga suatu hari, Ki Woo berkesempatan untuk bekerja di rumah keluarga Park. Dan segala rencana yang tak pernah terrencanakan sebelumnya pun dimulai.
Keluarga miskin Kim sang parasite, akhirnya harus menghalalkan segala cara untuk tinggal di rumah sang induk semang, keluarga Park
Hal yang bikin kesal, ketika keluarga kaya ini justru menggantungkan hidupnya ke keluarga miskin.
Seperti Nyonya Yeon yang harus selalu ada bibi Choong Sook. Tuan Park yang harus selalu diikuti Pak Kim. Da Hye yang jatuh cinta Setengah mati dengan Ki Woo dan Da Song yang sangat akrab dengan Ki Jung
Membiarkan parasite ini tumbuh dan terus berkembang tanpa tahu bahayanya. Sepolos itu.
Hingga di akhir film, parasite terjahat yang sudah menumpang selama 4 tahun dalam rumah induk semang, memaksa dirinya keluar dan menimbulkan tragedi yang tak pernah terbayangkan.
Kehidupan semua keluarga berakhir kacau. Tak terkendali. Twist twist kecil terus diselipkan di tiap adegan, yang membuat perasaan penonton pun sama kacaunya.
Dan, boommm... Berhasil.
Bahkan hingga akhir, film ini tetap tidak membiarkan penonton turun dari roller coaster. Tetap menggantung dengan rasa penasaran dan masih harus mikir, mengira-ngira ending sesungguhnya akan seperti apa, seperti suasana yang dirasakan sepanjang film.
Tepat di peringatan ke-100 tahun perfilman Korea, sutradara Bong Joon-ho dengan film cerdasnya berhasil memberikan hadiah termahal, yaitu membawa Parasite meraih penghargaan bergengsi level dunia, Palme D’Or Festival Cannes 2019.
Membuktikan film ini mempunyai kualitas hampir sempurna.
Ada yang masih belum nonton film ini?
Sudah ada lho di drakor.id (
12 Comments
Wah saya sudah nonton! sinematografinya emang keren banget apik. Endingnya yang bikin kepikiran berkesan banget ya di hati hahaha
BalasHapusGambar paling favorite, ketika Pak Kim dan anak-anaknya pulang kehujanan, turun nyusurin tangga ke kereta bawah tanah. Terus rumahnya kebanjiran. Parah itu feel-nyaa wooww bangettt
Hapusaku pun sudah nontonn, dan ini filmmm gilaaaaaa.. gilaaa mengaduk-aduk perasaanku saat menontonn.. luar biasaaaa utk film parasite
BalasHapusSusah digambarkan dengan kata-kata ya gimana perasaannya gitu. Bener-bener sebagus itu sih
HapusCocok nih buat wish list tontonan weekend.
BalasHapusCuss nonton Mbaa, keren bingiitt
HapusFilmnya santai tapi banyak plot twistnya hehe
BalasHapusGambarnya ciamik yaa
HapusAku udah nonton tapi sedikit kecewa, bukan sama filmnya sih.Filmnya bagus tapi gak sampe yang terwow banget. Kecewa karena katanya ada plot twist tapi nonton sampe abis dicari2 kok ga ada :( ato aku yg kurang jeli.
BalasHapusSaking banyaknya twist yang bikin bingung, sampe kelar film aja mikir ya hihi, kzl
HapusBaru nonton kemaren, saya sampe nonton ulang langsung 3kali. Karena kalo nonton sekali, kurang greget. Film ini ingetin saya sama film jepang "shoplifters" hehe
BalasHapusIya kan ya kan, saya juga diulang-ulang lagi part yang menariknya. Kayak makna penghargaan ibunya sebagai mantan atlet, atau dialog2 Korea Utara, reaksi nyinggung bau bau aroma kemiskinan. Banyak yang tersirat yang bikin "oohhh ini maksudnya" gitu yaa
HapusSilahkan tinggalkan pesan di sini: