براك الله في عمرك
“Semoga Allah memberkahi umurmu.” Ya Hiroshaka
Tiga
tahun lalu, di jam ini adalah pintu gerbang dimulainya perasaan istimewa itu
terjadi. Tepat di jam 7, semua kehidupan dunia terasa tidak ada apa-apanya
selain perasaan bergantung pada Tuhan ‘Ya Allah, lancarkan persalinan saya…’
hanya itu.
Buat
para ibu, pasti sangat amat paham bagaimana perasaan tegang bercampur excited,
deg-degan tumpeng tindih dengan semangat bertemu buah hati, takut hadir
bersamaan dengan bahagia. Penuh harapan. Bisakah melewati pintu gerbang ini?
Tiga
tahun lalu, di tanggal dan bulan ini, adalah kontraksi pertama setelah 9 bulan
mengandung buah cinta pertama saya dan suami. Pertama kali akan menyandang status
sebagai seorang ibu.
Masuk
ruang bersalin dari sejak siang, bukaan pertama terjadi di jam 6-7 malam. Wajah
tegang saya tidak pernah bisa dibayangkan, bagaimana rasanya melahirkan?
Maha
besar Allah, tidak ada perasaan sakit melebihi rasa sakit menahan mulas jelang
persalinan. Tiap satu tarikan nafas yang dihembuskan saat kontraksi, hanya sepersekian
detik harapan seorang perempuan bisa kembali ke dunia. Gerbang antara hidup dan
ruang kematian terasa begitu dekat.
Tidak pernah ada yang bisa terpikirkan
selain, apakah saya bisa melewati perjuangan ini.
Setelah
proses panjang, akhirnya pukul setengah dunia dini hari seorang bayi laki-laki,
amanah terbesar perdana yang Allah titipkan untuk saya dan suami hadir ke dunia.
Di tengah antara sadar dan tidak hidup saya. Saya merasakan kehadirannya. Saya tidak
pernah tahu ada berapa jutaan tetes air mata jatuh dari kedua kelopak mata yang
seolah ingin memejam, dan dikhawatirkan tidak pernah terbuka kembali.
Tiga
tahun lalu, saya menyadari bahwa nyawa seorang anak manusia itu begitu sangat
berharga untuk disyukuri. Setiap saat, setiap waktu, setiap pagi membuka mata
dan kemudian menyadari bahwa masih ada di dunia adalah karunia. Allah masih
memberi kesempatan satu tarikan nafas lagi untuk mengingatnya, kembali menuju
jalan yang diridhoi-nya
Hari
ini, tiga tahun kemudian. Anak laki-laki pertama saya akan merayakan tahun ketiganya
terlahir ke dunia. Tidak terasa sudah tiga tahun berlalu, sejak moment
perjuangan yang membahagiakan itu terlalui.
Hari ini, tiga tahun kemudian selepas
menunaikan ibadah sholat maghrib, saya pelan panggil anak laki-laki saya dan
didudukkan di atas sajadah. Dimulailah percakapan ini:
🧕🏻 : “O,
besok O sudah tiga tahun…”
👶🏻 : “Iya,
Ibu. O uyang tahun ya” (maksudnya ulang tahun)
🧕🏻 : “Iya,
sayang. Kita berdoa yuk, semoga O terus diberi kesehatan sama Allah, diberi
keberkahan di usianya, diberi kesempatan untuk terus hidup dan menjadi anak
yang Ibu, Bapak, dan Allah banggakan. Jadi anak cerdas, sholeh, selalu bersyukur
setiap hari, sayang sama semua saudara dan keluarga. Semakin bertanggungjawab,
semakin paham kalau segala sesuatu yang ada di dunia ini dari Allah. O paham? O
mau minta apa di hari ulang tahun sekarang?”
👶🏻 : “Mau
minta somay…”
Momen khidmat dan haru pun buyar. Sederhana sekali permintaan anak umur tiga
tahun ini 😊
Iya,
besok adalah hari ulang tahun putra saya yang ke-tiga.
Bagaimana cara kami menyikapi
momen perayaan special ini?
Dulu
rencananya kami ingin pergi ke luar, menginap di tempat sunyi dan bersama
mengucapkan doa-doa suci. Berdzikir dan bersyukur sebanyak-banyaknya. Meminta perlindungan
Allah lebih dan lebih lagi. Saya ingin menanamkan kepada anak dan keturunan
saya, menyikapi hari lahir secara islami adalah bersyukur atas setiap tarikan
nafas yang dia miliki.
Sayangnya,
hari ini pekerjaan dinas suami tidak bisa dihindari untuk memungkinkan kami bertiga
berkumpul dan merayakannya di luar. Semoga tahun berikutnya tercapai, #kode.
Ada
banyak keinginan, harapan dan rencana besar lain yang rasanya tidak perlu
disebutkan di blog yang terlalu umum ini.
Bagaimana
dengan pesta dan lilin ulang tahun?
Sepertinya
saya harus meniadakan tradisi yang satu ini. Setidaknya untuk anak dan keturunan
saya kelak. Apa alasannya? Sudah jelas dengan bunyi hadist ini!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia
termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud no. 4031, hadits shahih)
Mengutip dari berbagai sumber:
Syaikh Shalih bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh hafidzahullahu
Ta’ala berkata,
“Sesungguhnya perayaan tersebut (ulang tahun, tahun
baru, dan semacamnya) adalah bentuk tasyabbuh dengan orang-orang kafir, yaitu
dari kalangan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) dan selainnya yang gemar
membuat-buat berbagai macam perayaan (‘id) yang tidak disyariatkan. Dan tidak
diragukan lagi, bahwa kita diperintahkan untuk meninggalkan tasyabbuh terhadap
orang kafir dan memutus berbagai bentukkaitan tasyabbuh dengan mereka.” (Al-Minzhaar, hal.
19)
Doa-doa,
berbuat baik, berkumpul bersama kerabat dan orang terdekat serta membantu banyak
orang mukmin saat hari ulang tahun diperbolehkan, karena tidak melanggar
syariat agama.
Sementara
perayaan ulang tahun semacam potong kue, tiup lilin, diiringi musik dan alunan
lagu “Happy Bday to you” disebutkan seperti tradisi kaum Jāhilīyyah, bukanlah sesuatu
yang diajarkan agama islam.
Wa Allahu A’lam bis Shawab
image by freepik
2 Comments
Wah ada juga yang membahas hal ini. Aku pernah juga ngepost tulisan yang berkaitan sama ulang tahun. Sedikit pesimis sih kak, karena terkadang suka bingung juga gimana cara ngasih tau hal2 kayak gini ke orang2 disekitar kitaa :'(
BalasHapusWah makasih udah mampir.
HapusKalau aku sih menulis sesuatu lebih ke untuk reminder diri sendiri dulu aja. Setidaknya dengan begitu gak jadi beban.
Kalau niat untuk memberi tahu orang lain, kadang cenderung kita merasa diabaikan ketika pesannya gak ditangkap orang lain, hehe
Kalau ada yang sepaham, Alhamdulillah
Kalau ada yang kontra, berarti tulisan ini memang bukan untuk mereka
Kalau ada yang tidak sepaham tapi masih abai, setidaknya kita pernah menuliskan sesuatu yang bermanfaat. Atau secara tidak langsung memberi tahu beberapa hal yang mungkin orang belum tau, gitu sih hihihi
Silahkan tinggalkan pesan di sini: