“Hanya menerima pembayaran uang elektronik”
Pernah lihat
tulisan ini? Pasti sudah tidak asing, terutama buat para masyarakat urban yang
hidup di perkotaan.
Di gerbang tol, di pintu parkir mall-mall besar, di beberapa
merchant, kedai makanan/minuman, bahkan di tukang mie ayam atau pecel lele pinggir
jalan sudah tersedia layanan itu. Non tunai, alias pake uang elektronik
Urban society tahu dong, kekinian ada banyak banget pilihan
e-wallet yang bisa kita gunakan. Ada Go-pay, Ovo, Dana, LinkAja, Doku, e-money,
flazz, dan lain-lain dan sebagainya.
Deretan dompet digital itu berlomba-lomba menawarkan
segudang manfaat, bersaing kelebihan dan saling mengklaim jadi aplikasi transaksi
virtual paling mudah, aman, dan nyaman digunakan. Tinggal masing-masing individu
memilih dan memilih sesuai fungsi dan kepentingannya.
Kamu punya dompet digital apa aja?
- Untuk negara, meminimalisir peredaran uang palsu
- Simple, gak harus bawa uang banyak ke mana-mana di dompet
- Merugikan perampok/copet dompet di tempat umum, karena biasanya uangnya juga ga banyak
- Transaksi aman, mudah, dan lebih cepat
- Ada banyak promo menarik di setiap masing-masing aplikasi uang digital. Mulai dari cashback, diskon dan reward para pengumpul poin
Menurut data 76% orang Indonesia sudah melakukan peralihan system
transaksi menggunakan dompet digital, dengan berbagai alasan yang sama. Bahkan sejak
tahun 2014 Bank Indonesia menggaungkan sebuah program Gerakan Nasional Non
Tunai (GNNT).
Lalu, akankah uang tunai akan semakin bergeser fungsinya?
Mungkin iya, tapi kalau benar-benar hilang rasanya tidak mungkin.
Semoga tidak akan pernah.
Mengingat ada banyak risiko jika transaksi tunai benar-benar
dihilangkan. Terutama untuk masyarakat perekonomian rendah, atau yang tinggal
di daerah-daerah. Klasik sih tapi masih punya banyak kelebihan yang rasanya
tidak mungkin bisa digantikan transaksi elektronik.
Uang tunai itu bisa diterima di mana saja. Terutama ketika
jajan-jajan di warung pinggir jalan. Rasanya mereka juga tidak punya mesin EDC
yang harus bertransaksi non-tunai.
Beberapa alasan lain yang juga hanya bisa dilakukan secara tunai.
Sebut saja, membayar abang parkir pengkolan, bayar jasa mamang becak di kota
wisata daerah, bayar toilet, atau warung-warung konvensional menengah ke bawah
yang rasanya mereka juga malas bayar pajak ke bank yang menyediakan mesin EDC
tadi.
Di negara kita pun masih banyak orang yang belum sepenuhnya
nyaman dengan transaksi digital. Terutama para orangtua yang gak mau ribet
dengan gadget dan sejuta kecanggihannya.
Uang tunai pun lebih nyata, tidak ada biaya transaksi apa-apa
untuk penyimpanan di dompet pribadi. Dan satu hal lagi, tidak ada Batasan minimal/maksimal
pembayaran atau transaksi.
Bahkan, di Swiss ternyata uang tunai masih mendominasi
transaksi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut data 70% warga negara
Swiss melakukan pembayaran dengan uang cash.
Ternyata mereka punya beberapa alasan, di antaranya:
- Bertransaki secara tunai dianggap adalah warisan budaya leluhur yang ternyata gak bisa begitu saja dilindas cashless payment.
- Selain itu, mereka juga percaya bahwa uang tunai lebih memudahkan mereka untuk melacak dan merinci detail pengeluaran.
- Warga negara Swiss juga sangat mengutamakan factor identitas. Karena ketika mereka bertransaksi virtual, sudah pasti data diri mereka ada di database platform atau aplikasi yang mereka punya.
Jadi, keberadaan uang tunai harusnya tidak boleh benar-benar
dihilangkan atau punah. Gak tahu deh kalau tahun 3030 heheheheee
Selain itu, layanan keuangan digital atau financial technology sebagai alat
transaksi pembayaran juga bukan tanpa cacat atau kelemahan. Walau uang tunai
memang rawan dicopet para pengutil atau perampok, bukan berarti uang digital
aman dari kecolongan. Justru penjahat cyber juga semakin banyak.
Kelemahan ketika bertransaksi cashless juga banyak,
misalnya:
- Penyalahgunaan data pribadi
- Masalah sinyal bisa jadi penggangu, ketika koneksi internet mati kita tidak bisa bertransaksi online
- Cahless Society cenderung lebih konsumtif. Dengan adanya kemudahan bertransaksi membuat semua orang merasa ‘gak ngeluarin uang banyak’ tahu-tahu saldo menipis habis
- Transaksi terbatas
- Diincar penjahat virtual (cyber crime)
- Terancam pemblokiran oleh pemerintah
Dari sekian kekurangan dan kelebihan masing-masing, keputusan
ada di kita. Lebih suka cashless atau uang tunai?
Kalau saya sih, 70% tetap tunai, 30% cashless hehe 😊
image by freepik
0 Comments
Silahkan tinggalkan pesan di sini: