Image by instagram.com/gnauhsnave/ |
Para pelancong yang sering bolak balik ke negara Singapura
sudah pasti tahu atau mungkin pernah mampir ke Kampong Lorong Buangkok. Kampung
terakhir yang masih berdiri asri di antara gedung-gedung pencakar langit dan
kehidupan modern negara Singapura.
Salah satu tempat yang sangat ingin sekali banget saya dan keluarga kunjungi kalau balik lagi ke sini.
Tahun 2020 lalu, seharusnya ada jadwal
bertemu klien yang mengharuskan saya bisa terbang lagi ke Singapore (sekalian liburan
tipis-tipis kayak orang bener pada umumnya). Kampung ini sudah masuk list tempat yang ingin disinggahi.
Qadarullah pandemi Covid-19 menghantam seluruh penjuru dunia
yang mengharuskan kita semua (termasuk saya) untuk stay di rumah aja.
Boro-boro mau trip bisnis atau jalan-jalan ke Singapore, ke
depan gerbang beli sayur aja harus WhatsApp dulu buat bikin pesanan dan izin
security yang jaga 24 jam.
Alhamdulillah, dengan begitu budget nge-trip tahun lalu
harusnya bisa jadi beranak buat jalan-jalan tahun depan. So, next keinginan
buat mengunjungi Kampong Lorong Buangkok ini semoga bisa terlaksana. Ehe
Related Post Satu Hari di Singapore
Image by Kumparan |
Balik ngomongin Kampung Lorong Buangkok, pasti sebagaian orang gak nyangka kalau di negara segemerlap dan semodern Singapore ada seonggok kampung kecil yang masih kental nuansa perkampungan.
Di antara hutan-hutan beton yang bisa dilihat di sepanjang jalan
Singapura, ada 26 rumah kayu yang masih bertahan dengan kekhasan tradisional
baik bentuk bangunan dan kebiasaan kehidupannya sehari-hari.
All image by instagram.com/gnauhsnave/ |
Rumah papan kayu, jalanan tanah, perabotan jadul yang masih digunakan harian, bahkan konon warga Kampong Lorong Buangkok masih pakai gosokan arang untuk menyetrika baju.
Area bernuansa tradisional itu memang selalu bikin kangen. Terutama
buat masyarakat urban yang pernah menghabiskan masa kecil di daerah pedesaan. Jadi
penasaran kan, kampungnya Singapore tuh kayak apa.
Image by www.instagram.com/ds.stelzchen/ |
Kekinian, Kampong Lorong Buangkok bukan cuma sekadar tempat tinggal. Salah satu rumah di sana sudah dijadikan tempat wisata resmi bagi para turis yang ingin melihat kehidupan warga Singapura zaman dulu.
Kalau berniat wisata ke Kampong ini juga kudu siapin budget lumayan. Satu grup wisata untuk tiga orang dikenai tarif SGD $200 atau sekitar Rp2.1 juta, waktu wisata juga terbatas cuma bisa Sabtu dan Minggu pagi doang.
Related Post Jalan-jalan di Singapore, Mending Pake Singapore Tourist Pass, EZ-Link, atau Standard Ticket?
Mau main ke kampung ini juga kayaknya gampang, tinggal naik
MRT tujuan Stasiun Serangoon. Kemudian naik bus nomor 70 atau 103 dan turun di
depan gereja St Vincent de Paul. Dari halte bis ini susuri jembatan menuju seberang
kanal, dan sampe deh ke tujuan.
Ada yang pernah main ke sini?
2 Comments
Tempatnya bagus dan terlihat alami
BalasHapusMirip-mirip lah sama kampung di kita hihi
HapusSilahkan tinggalkan pesan di sini: