Hidup adalah pilihan, memilih A atau B; kiri atau kanan; atas atau bawah; baik atau buruk; prasangka atau kenyataan. Kita hanya harus berjalan tanpa berhenti, dari satu masalah ke masalah yang lain.
Dengan mencari jalan keluar berdasarkan pengalaman, perasaan, bisikan hati, akal sehat, dan banyak kemungkinan yang akhirnya kita memilih salah satu di antara yang lain.
Hidup selalu memiliki banyak opsi, dan nasihat ibu selalu menjadi pilihan terbaik yang di tangan beliau selalu ada jalan akhir dari teka teki yang kerap membuat bingung dan melelahkan.
Allah menjadikan sosok ibu sebagai satu-satunya manusia yang 'hanya dengan kehadirannya, seberat apapun hidup, dunia kita selalu baik-baik saja'.
Tanpa Ibu... saya kehilangan kunci jawaban dari banyak pertanyaan.
2000
Sejak kecil, saya terbiasa memutuskan semua masalah sendirian. Menentukan pilihan hidup tanpa intervensi orang lain.
Memilih lanjut sekolah atau menikah muda dengan juragan kaya raya, mati-matian mengejar beasiswa untuk menghemat biaya, mengambil jurusan kuliah yang tidak direstui banyak keluarga, menikah dengan pria A, satu di antara tiga laki-laki yang membingungkan pada awalnya.
Dan di antara semua keputusan yang saya ambil, tidak ada satupun pilihan akhir yang ditentukan tanpa persetujuan IBU.
Saya bukan orang yang mudah berdiskusi, tidak suka banyak kompromi, malas berdebat karena perbedaan pendapat. Saya terbiasa diam untuk berperang melawan ego saya sendiri. Menimbang salah satu pilihan dari banyak kemungkinan yang harus diambil sebagai jawaban.
Itu sebabnya kemampuan 'mendengar' dan empati saya tidak terlalu baik. Saya lebih suka berbicara, memberi pilihan di antara dua jalan. Tanpa ada persimpangan lain yang membingungkan.
Jika saya ragu, saya cenderung tidak pernah memberi pendapat apa-apa. Karena ketidaktahuan hanya menjadikan pernyataan saya tampak konyol, berbicara banyak namun kosong.
Saya merasa selama ini hidup saya mudah. Berjalan tanpa ragu, sampai tiba di banyak persimpangan, berhenti sejenak untuk memutuskan sisi mana yang saya pilih dan saya persempit kemungkinannya. Kemudian saya mengetuk pintu IBU, memberi dua pilihan di antara sekian banyak jalan.
IBU, selalu menjadi kunci jawaban. Pilihan beliau hampir tidak ada satupun yang keliru. Apapun yang beliau pilih, pada akhirnya itulah yang terbaik, setidaknya untuk hidup anak-anaknya.
Pernah baca tulisan Tentang Pernikahan saya? Bisa baca di sini juga yaa.
2025
Setelah menjadi seorang IBU, saya semakin memahami bahwa kehadiran beliau lebih penting dari sebelumnya.
Ketika pasangan hidup adalah seseorang yang di tangannyalah pintu surga saya ditentukan. Maka kehadiran ibu, mempermudah saya untuk mendapatkan kunci untuk membuka pintu tersebut tanpa banyak kesulitan.
Ketiadaan Ibu, membuat saya lebih lama mencari jalan. Mengambil keputusan dari banyak persimpangan. Menjadi istri, pasangan, ibu dan manusia yang baik tanpa panduan.
Selama ini saya merasa hidup saya 'lebih mudah' karena kehadiran beliau.
Tanpanya, saya lebih cepat lelah dan lebih sering berhenti hanya untuk menerka-nerka "Kalau Ibu ada, kira-kira ibu akan pilih yang mana yaa...".
Ibu, mulai saat ini saya harus menentukan pilihan sendiri. Berusaha keras untuk mensejajarkan langkah agar bisa jalan berdampingan dengan pasangan hidup saya, membantunya mencapai tujuan akhir dari perjalanan hidup yang terasa berat.
Saya akan berjalan tanpa berhenti, bersama seseorang yang sangat ibu sukai.
IBU...
Terima Kasih, sudah menjadi IBU untuk saya di dunia yang melelahkan ini.